Bersama Dakwah |
Beruntunglah Kita Tarbiyah (1) Posted: 08 Jul 2011 07:45 PM PDT ![]() Beruntunglah Kita Tarbiyah (1) - Satu pagi di pekan ini. Seorang ikhwah terlihat sedang berjalan menyusuri trotoar yang berjarak lebih 10 kilo meter dari rumahnya. Tas ransel menempel di punggungnya, membentuk kesan beberapa tahun lebih muda. Ketika ditanya mengapa, ia menjawab: "Sebentar lagi mukhayam, ana perlu menyiapkan diri. Lagi pula, ana merasa selama ini kurang riyadhah" Bagaimana dengan riyadhah atau olah raga pekanan, bukankah harusnya rutin berjalan? "Itulah kelemahan ana. Selama ini hanya riyadhah ala kadarnya. Beberapa pekan yang lalu ana jatuh sakit, diantara penyebabnya terlalu banyak duduk dan kurang olah raga." "Untunglah tarbiyah 'memaksa' kita untuk hidup seimbang. Termasuk menjadikan mukhayam sebagai salam satu wasilahnya. Itu sangat mengingatkan dan membantu ana. Entahlah apa jadinya kalau ana tidak ikut tarbiyah. Beberapa teman ana sudah kena stroke, kebanyakan adalah mereka yang jarang olahraga." Subhaanallah... ternyata aktif dalam tarbiyah bukan saja membuat kita dekat dengan Allah SWT dan memahami Islam lebih syamil. Benar juga, seringkali dengan sistem yang baik, kita "dipaksa" menjadi baik. Demikian pula tarbiyah. Ia "memaksa" kita untuk menjalani hidup dengan seimbang. Setidaknya tiga aspek besar kehidupan menjadi perhatian: ruhiyah, fikriyah, jasadiyah. Riyadhah, mukhayam, dan sejenisnya "memaksa" kita untuk memenuhi hak fisik kita. "Atas fisik kalian ada hak yang harus ditunaikan," demikian Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam sebuah hadits. Dengan fisik yang sehat, bugar dan kuat, banyak kewajiban yang bisa kita tunaikan lebih mudah. Bukankah terlalu banyak ibadah di dalam Islam yang membutuhkan fisik yang sehat? Dalam lima rukun Islam saja, tiga diantaranya membutuhkan fisik yang sehat; shalat, puasa, lebih-lebih haji. Jika dipikir lebih jauh, zakat sebenarnya juga membutuhkan fisik yang sehat, secara tak langsung. Dengan fisik yang sehat seseorang bisa berpenghasilan, dari penghasilan seseorang memiliki harta yang jika mencapai nishab dan haul, barulah ia berkewajiban zakat. Ternyata zakat juga berhubungan dengan fisik yang sehat. Ibadah ghairu maghdah juga begitu. Hampir selalu membutuhkan fisik yang sehat. Bekerja untuk memberi nafkah keluarga, berdakwah, berharakah, semuanya membutuhkan fisik yang sehat. Bahkan fisik yang bugar dan kuat. Sungguh luar biasa sabda Nabi : "Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah." Kita mungkin pernah bertanya saat membaca Risalah Ta'alim, mengapa Hasan Al-Banna mendahulukan qawiyyul jism daripada aspek lain termasuk matinul khuluq dan salimul aqidah? Cerita ikhwah di atas barangkali memudahkan kita untuk menjawabnya. Hasan Al-Banna menekankan pentingnya tarbiyah jasadiyah agar diperhatikan aktifis dakwah yang umumnya secara aqidah dan akhlak sudah tidak ada masalah. Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin] |
Perceraian Elektronik Makin Marak di Dubai Posted: 08 Jul 2011 12:41 AM PDT ![]() Perceraian Elektronik Makin Marak di Dubai – Dubai dilanda fenomena baru. Perceraian elektronik atau e-divorce menjadi tren di kota terpadat di Uni Emirat Arab itu. Surat kabar Emarat Al Youm mengutip data dari Dewan Konsultatif Keluarga di Dubai melaporkan, sepanjang tahun 2010, tercatat 555 kasus perceraian di Dubai dan 150 perceraian dilakukan melalui email dan SMS. Tren mencerai lewat alat elektronik ini mendorong para ulama berijtihad, meskipun pendapat sementara ini berbeda-beda. Sejumlah ulama menyatakan talak lewat email atau sms sah-sah saja. Sedangkan sejumlah ulama lainnya menyatakan cerai dengan cara itu tidak sah berdasarkan hukum Islam. Kelompok kedua itu berargumen bahwa pasangan suami istri bisa saja memanipulasi perceraian itu dengan alasan-alasan tertentu. Kepala Divisi Personal Pengadilan Dubai, Mohammed Abdul Rahman mengatakan bahwa "cerai elektronik" legal, tapi harus dibuktikan di pengadilan. "Si istri mengajukan gugatan cerai ke pengadilan setelah menerima pesan cerai dari suaminya, dan pengadilan harus memverifikasinya dengan menanyakannya langsung pada suaminya," ujar Abdul Rahman. Sedangkan seorang pakar hukum di Dubai, Rashid Tahluk mengatakan talak cerai yang disampaikan lewat email atau pesan singkat dari telepon genggam selayaknya tidak dilihat sebagai keputusan akhir. "Saya yakin, cerai yang disampaikan lewat email atau sms itu meragukan dan bukan talak cerai yang sebenarnya," kata Tahluk. Ia juga mengatakan, seorang suami bisa saja membantah bahwa ia telah mengirim pesan sms berisi talak cerai pada istrinya. Pengadilan perlu melakukan konfirmasi atas hal seperti itu. Tahluk juga mengingatkan kemungkinan lain, bahwa bisa saja email atau sms itu dikirim oleh orang lain. Terlebih, belakangan ini marak pembajakan akun email maupun penyalahgunaan nomor telepon genggam. [AN/EM] |
You are subscribed to email updates from Bersama Dakwah To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
No comments:
Post a Comment
please visit again