Archives

Wednesday, July 6, 2011

Bersama Dakwah

Bersama Dakwah


Detik-detik Akhir Israel (2)

Posted: 06 Jul 2011 09:31 PM PDT


Oleh : Dr. Shamel Sultanov (Ketua Pusat Kajian Strategi Rusia dan Dunia Islam)



Desember 2006, Menhan baru Amerika dipilih, Robert Gets, seorang elit Amerika dan ketua lobi militer Amerika. Pemilihannya diperkirakan akan merevisi banyak kebijakan politik luar negeri Amerika. Pemilihannya ditentang oleh wakil presiden Dick Cheney, pimpinan sesungguhnya dari aliran Neo Konservatif.

Tahun 2008, di kota Philadelpia di bulan Juni digelar sidang rahasia perwakilan elit Amerika dengan Barack Obama dan Hillary Clinton. Dengan tekanan lobi militer, mereka sepakat presiden mendatang adalah Barack Obama. Namun Hillary Clinton yang diandalkan oleh zionisme internasional harus mendapat gantinya sebagai Menlu AS.

Pasca Pilpres, konflik di level elit tinggi Amerika tidak berhenti. Lobi Israel tidak akan memberikan peluang kepada Obama dan orang di belakangnya dari elit militer AS untuk memilih kandidat mereka yang dituding memiliki gaya pemikiran anti Israel.

Konfrontasi dingin di internal elit AS semakin panas bersamaan dengan meningkatnya program nuklir Iran. Pihak poros militer Amerika menuding Israel bersama penggembalanya dari organisasi-organsasi zionis internasional berusaha menyulut perang langsung antara Amerika dan Iran. Militer manapun yang berakal dan berfikir logis akan menyadari bahwa perang semacam ini akan mengakibat kondisi yang berada di luar kendali dan akan menyulut perang besar di kawasan bahkan menjadi perang internasional.

Pertanyaan penting; kenapa elit Israel yang hegemoni sekarang, terutama gerakan zionisme internasional membutuhkan perang antara Iran dan Amerika yang bisa menyebabkan akibat sangat buruk, bahkan bagi bangsa yahudi sendiri?

Masalahnya sangat krusial hingga Zbigniew Brzezinsk yang terkenal itu terpaksa mengumumkan bahwa jika pesawat tempur Israel menggempur Iran, maka Amerika akan terpaksa menghalanginya di atas udara Irak agar Israel kembali ke pangkalan mereka.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Badan Intelijen Amerika merilis prediksinya yang meragukan peluang Israel bisa bertahan hingga tahun 2025.

Setelah itu jenderal David Petraeus sebagai panglima pasukan angkatan darat Pusat Amerika mengeluarkan statemen resmi soal prediksi ini dan menyusul komandan pasukan Amerika di Afganistan. Statemen ini menjadi pertanda meningkatnya ketegangan dalam hubungan militer Amerika dan lobi loyalis Israel.

Di balik format diplomasi realita, tersembunyi pesan tegas kepada elit Israel bahwa politik Israel akan menciptakan masalah-masalah baru bagi Amerika di dunia Islam. Amerika akan membayar harga ketidaklogisan langkah Israel dengan darah pasukan Amerika bahkan kerugian dana yang amat besar serta melemahkan sikapnya di Timteng. Ini terjadi pada saat kemampuan politik dan ekonomi Amerika di seluruh dunia menurun dan Cina berubah menjadi penantang serius bagi strategi Washington.

Berbeda dengan sikap Amerika dan Eropa, mayoritas elit Israel sekarang ini tidak ingin kesepakatan hakiki dengan Palestina. Mereka tidak akan pernah sepakat dalam kondisi apapun dengan berdirinya negara Palestina merdeka. Negara Israel saat ini berdiri di atas prinsip yang tidak mungkin hidup (bertahan) kecuali dalam kondisi "tidak perang dan tidak damai", dan Israel tidak akan melepaskan wilayah jajahannya.

Kesimpulannya, Israel tidak akan mampu (tidak sudi) masuk (berbaur) dalam rezim kawasan Timteng. Padahal sejarah membutikan bahwa negara-negara yang tidak mampu membaur di kawasan sekitar (misalnya imperium kaum Salib) pasti akan hilang dari peta dunia.

Konfrontasi antara poros militer Amerika dan Lobi loyalis Israel menyebabkan semakin tajamnya perbedaan di internal gerakan zionisme internasional. Kedua poros ini berada dalam Israel sendiri.

Pertama; poros "zionis nasionalis" pendukung fanatik tanpa syarat kepada Israel sebagai negara yahudi kebangsaan, apapun harga dan risikonya. Mereka saat ini masih menguasai internal gerakan zionisme internasional, namun sikap-sikap mereka banyak mengalami kemunduran secara bertahap. Ada banyak faktor di antaranya karena daya tarik image Israel sebagai negeri bangsa yahudis seluruh dunia sudah terkoyak dengan keras. Antara masyarakat Israel dan elit sendiri terurai.

Tidak rahasia, runtuhnya moral politik dan sosial di kalangan Israel sudah menjadi fenomena seperti gunung es terutama sejak 20 tahun terakhir. Sebagai contoh Menlu Israel Avigdor Lieberman dicurigai melakukan korupsi, skandal cuci uang dan lain-lain.

Sudah bukan asing bahwa jumlah yahudi yang eksodus ke luar negeri lebih banyak di banding eksodus yang datang ke "tanah yang dijanjikan".

Poros kedua; di gerakan zionisme internasional yang dikenal dengan imperialisme zionisme yang berkeyakinan bahwa masa depan zionisme bukanlah di Israel namun masa depan ada pada koalisi strategi dengan salah satu sentra kekuatan dunia. Karenanya, mereka menganggap bahwa tidak wajib mengorbankan masa depan masyarakat yahudi dan modal yahudi di Amerika untuk Israel, tapi juga bukan Cina atau Eropa karena sejumlah sebab, yang bisa menjadi koalisi jangka panjang bagi zionisme internasional. Maka yang tersisa hanya dua pilihan: Amerika atau Rusia. Tidak spontan ketika Netanyahu, Lieberman dan pimpinan-pimpinan organisasi zionisme Rusia bertemu dan berbicara secara intens soal koalisi strategi jangka panjang antara Israel dan Rusia.

Sejarah Israel secara formal saat ini secara obyektif harus dikatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju kehancuran dan redup. Masalahnya bukan karena pasukan Arab yang secara mengagetkan menguasai wilayah yang dijajah Israel atau karena sebagian kelompok 'ekstrim' Palestina mampu secara mendadak melumpuhkan kehidupan ekonomi dan politik secara utuh di negara yahudi. Ini tidak akan terjadi.

Israel adalah negara boneka oleh kekuatan asing untuk menyelesaikan sejumlah masalah dan problema. Tugas Israel sebagai negara boneka ini tidak lagi mampu dijalankan. Sehingga Israel tidak lagi dibutuhkan. [bsyr, InfoPalestina]

Rasulullah Tak Menshalati Jenazah Pelaku Korupsi

Posted: 06 Jul 2011 09:03 PM PDT


Oleh: Prof Dr KH M Abdurrahman MA

Problematika bangsa dan umat saat ini adalah korupsi. Dalam bahasa Al-Quran, identik dengan kosakata ghulul (khianat) atau fasad. Ghulul karena menyembunyikan, mengkhianati sesuatu. Dan disebut fasad karena berimplikasi pada kerusakan atau kerugian negara yang menghancurkan negara itu sendiri.

Fenomena korupsi saat ini sudah menyangkut persoalan yang disebut sebagai problem kebangsaan dan keumatan. Bila melihat pada kasus yang terjadi di zaman Rasulullah SAW, terhadap orang yang melakukan korupsi (ghulul), Rasul tidak akan menshalati jenazahnya.

Sedikitnya, ada tiga faktor untuk mencegah merebaknya korupsi di Tanah Air. Pertama, faktor spiritual. Orang yang tingkat spiritualitas keagamaannya baik, tentu dia tidak akan berbuat dan berlaku korup. Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.

Mengapa banyak praktik korupsi di negeri ini? Jawabnya, karena tidak adanya nilai-nilai spiritual dalam kehidupannya. Shalat, zakat, puasa, dan haji yang dikerjakannya sebatas praktik semata tanpa diimbangi dengan perbuatan nyata. Artinya, ibadahnya tidak mampu menghindarkan dirinya dari perbuatan dosa dan godaan duniawi.

Kedua, aspek sosial. Seorang Muslim harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Sesama Muslim harus saling mengingatkan dan mencegahnya. Imam Bukhari meriwayatkan, "Al-Muslimu man salimal Muslimuna min lisanihi wa yadihi". Muslim itu ialah orang yang menyelamatkan Muslim lain dengan bahasa dan tangannya (perbuatannya).

Sungguh berat dan banyak godaan untuk mengimplementasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sosial, sehingga kenyataan kehidupan yang sekarang penuh dengan israf (berlebihan), tabdzir (kemubaziran), dan itraf (kemewahan) makin mendorong seseorang mencari harta yang tidak suci itu.

Setan akan selalu menggoda manusia dan berusaha menjerumuskannya ke dalam perbuatan dosa dan maksiat. Karena itu, kita harus menjaganya dengan shalat, zikir, dan perlindungan kepada Allah SWT.

Dan, korupsi adalah perbuatan yang akan menjerumuskan pelakunya pada tindakan merugikan negara, sekaligus hak orang lain. (QS al-Ankabut [29]: 45).

Ketiga, aspek legal formal, sebagai produk konstitusional. Tujuannya, untuk menghukum dan mengadili para koruptor supaya jera. Undang-Undang Tahun 2002 jelas memberikan hukuman mati bagi koruptor sebagai hukuman maksimal. Sayangnya, UU itu seolah tidak tersentuh. Mestinya, perundangan ini disebarluaskan sehingga menjadi rasa takut bagi pelaku korupsi.

Dalam Alquran, pelaku korupsi sama dengan ghulul, yaitu merugikan orang lain karena khianat. (QS Ali Imran [3]: 161). Koruptor itu termasuk perampok harta dan kekayaan negara, karenanya pantas mendapatkan hukuman keras seperti hukuman mati. Apalagi, Rasul SAW dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ashabus Sunan, melarang para sahabat-sahabatnya termasuk umatnya menshalatkan jenazah koruptor karena pelakunya melakukan perbuatan khianat kepada saudara-saudaranya.

[Disarikan dari Hikmah Republika Koran. Judul asli tulisan adalah Ghulul = Korupsi, Republika]

Makin Banyak Muslim, Makin Banyak yang Ingin Haji, Rusia Minta Tambahan Kuota

Posted: 06 Jul 2011 12:36 AM PDT


Makin Banyak Muslim, Makin Banyak yang Ingin Haji, Rusia Minta Tambahan Kuota - Seiring bertambahnya jumlah muslim, bertambah pula jumlah orang-orang yang ingin pergi haji. Sejumlah tokoh Muslim Rusia meminta Presiden Rusia Dmitry Medvedev untuk mendesak pemerintah Arab Saudi agar menambah kuota jamaah haji bagi Rusia.

Hal itu disampaikan oleh ulama besar Ismail Berdiyev dalam pertemuan antara Medvedev dengan para tokoh agama Islam di Nalchik, ibukota wilayah Kabardino-Balkaria.

"Sangat banyak orang yang ingin pergi. Mungkin Presiden bisa mengangkat isu ini dalam pembicaraan dengan Arab Saudi?" tanya Berdiyev yang memimpin komunitas muslim di wilayah Karachay-Cherkessia seperti dilansir Reuters, Rabu (6/7).

Aspirasi muslim yang disampaikan Berdiyev bersambut. Medvedev berjanji akan membahasnya dengan pejabat-pejabat pemerintah Saudi dalam pertemuan mereka di masa mendatang.

"Kami memiliki dialog yang terbuka dengan mereka atas semua isu," ujar pemimpin Rusia itu pada Berdiyev dan ulama-ulama lainnya.

Rusia memiliki penduduk muslim yang mencapai sekitar 20 juta jiwa, atau sekitar sepertujuh populasi Rusia. Jumlah muslim terus bertambah dari tahun ke tahun, sementara kuota haji yang diberikan Arab Saudi sementara ini hanya 20 ribu orang. [AN/Dtk]

Setelah 2 Kali Baca Al-Qur'an dan Menelaahnya, Bintang Film AS Masuk Islam

Posted: 05 Jul 2011 11:31 PM PDT


Setelah 2 Kali Baca Al-Qur'an dan Menelaahnya, Bintang Film AS Masuk Islam - Dibesarkan di keluarga Katolik, bintang film televisi Amerika Serikat ini merasa bingung dengan keyakinannya. Pada usia 14 tahun, ia mulai mempertanyakan konsep trinitas.

"Mengapa agama saya begitu rumit?," keluhnya pada diri sendiri. Sepanjang hidup, ia belajar memahami agama nenek moyangnya itu. Tetapi ketika sampai pada konsep ketuhanan ia benar-benar bingung. "Terutama tentang mengapa Tuhan akan datang sebagai manusia dan akan membiarkan dirinya untuk mati bagi dosa-dosa pengikutnya," terangnya menceritakan kisah hidupnya.

Keyakinannya mengenai ketuhanan terus bergeser. Di masa remaja ia menyederhanakan konsep trinitas "tiga dalam satu" menjadi "dua dalam satu." Menginjak dewasa, ia semakin yakin bahwa pencipta harusnya hanya satu.

Wanita itu bernama Angela Collins. Ia menjadi buah bibir di Amerika Serikat. Bukan tentang film televisi yang dibintanginya, tapi tentang keislamannya. Ia bersyahadat tak lama setelah Tragedi 11 September 2001.

Collins pada akhirnya berkesempatan mempelajari Islam. "Saya melihat Islam sebagai agama yang datang untuk mengklarifikasi kesalahan manusia yang mengubah firman Allah yang asli agar sesuai kepentingan mereka. Islam adalah sederhana: Allah adalah Allah. Allah menciptakan kami dan kami menyembah Allah dan Allah saja. Allah mengutus Musa, Yesus, dan Muhammad (saw) untuk menyampaikan pesan-Nya untuk membimbing semua orang," katanya setelah mengetahui Islam.

Collins dengan sungguh-sungguh mempelajari kitab suci Al-Qur'an. "Setelah membaca Al-Quran dua kali dan menelaahnya secara rinci, saya percaya bahwa karya ini hanya bisa datang dari Pencipta saya" kenang Collins yang kemudian mantap memilih Islam sebagai agamanya.

Menjadi mualaf bukan berarti tanpa tantangan bagi Collins. Amerika Serikat yang salah memahami Islam menjadi tantangan beratnya. Termasuk keluarga Collins sendiri. "Sudah bukan rahasia lagi bahwa Islam secara serius disalahpahami di tanah air saya, Amerika Serikat. Maka, pilihan saya pada agama 'kontroversial' ini membuat keluarga dan teman-teman bingung," jelasnya.

Meskipun demikian, langkah Collins telah kokoh. Kebenaran Islam telah menenangkan jiwanya dan mengokohkan langkahnya menghadapi setiap tantangan yang justru dijadikan peluang bagi Collins untuk mendakwahkan Islam di negeri yang sementara ini memusuhi agama yang benar ini. [AN/Rpb]

Umat Islam Kelompok Paling Komitmen Moral di Rusia

Posted: 05 Jul 2011 09:10 PM PDT


Umat Islam Kelompok Paling Komitmen Moral di Rusia - Umat Islam merupakan komunitas agama yang paling komitmen dengan nilai-nilai moral, dibandingkan penganut agama lainnya di Rusia. Hal ini terungkap dari hasil studi yang dilakukan Sociological Institute of the Russian Academy of Sciences.

Riset sosiologi itu dilakukan di seluruh teritorial dan distrik ekonomi di Moskow dan St. Petersburg, dengan melibatkan 1.750 responden berusia 18 tahun ke atas.

Hasil riset itu menunjukkan bahwa tingkat komitmen penganut agama yang tertinggi adalah pemeluk Islam sebesar 42 persen. Penganut Kristen Ortodoks dan agama lainnya menduduki urutan berikutnya dengan 31 persen. Sedangkan komitmen kalangan atheis terhadap moral hanya 25 persen.

Riset itu juga mengatakan, 13 persen orang Rusia mengunjungi gereja dan ikut dalam perkumpulan-perkumpulan agama. Di Rusia, perkumpulan agama lebih populer dibandingkan dengan komunitas pertemanan, organisasi politik atau organisasi pemuda. [AN/EM]

No comments:

Post a Comment

please visit again

Total Pageviews